Masih ada dua slot pemain di timnas
Berdasarkan regulasi, setiap tim diperbolehkan untuk membawa 26 pemain untuk berlaga di Piala AFF 2024. Ketentuan ini juga dibenarkan oleh Manajer timnas Indonesia, Sumardji.
"Dari 26 pemain yang kita daftarkan karena menang regulasinya 26 karena turnamen cukup padat," kata Sumardji dikutip dari Bolasport, Jumat (6/12/2024).
Adapun, sisa dua slot di timnas Indonesia ditujukan untuk dua pemain abroad yaitu Ivar Jenner (Jong FC Utrecht) dan Justin Hubner (Wolves U-21). Namun, keduanya masih belum jelas lantaran masih menunggu izin dari klubnya.
Melihat jadwal mereka di klub, Ivar memiliki 3 pertandingan bersama Jong FC Utrecht selama Skuad Garuda berkiprah di Piala AFF 2024 (8 Desember 2024-5 Januari 2025).
Sementara itu, Justin juga masih memiliki 3 laga bersama Wolves U-21.
Dengan demikian, Shin Tae-yong memilih berisiko hanya membawa 24 pemain, apabila Ivar dan Justin benar-benar tak bisa bergabung.
Baca juga: Cara Beli Tiket Indonesia Vs Laos dan Filipina di Piala AFF 2024
Teknologi yang terus berkembang di era digital seperti saat ini memang banyak memberikan dampak positif. Selain dapat memberikan informasi yang cepat, kemajuan teknologi juga dapat menunjang kinerja manusia.
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, tindak kejahatan pun juga berevolusi dalam bentuk kejahatan siber. Salah satu kejahatan siber yang paling umum adalah kebocoran data. Apa sebenarnya kebocoran data dan bagaimana cara pencegahannya?
Dilansir dari situs UpGuard terkait enam penyebab paling umum terjadinya kebocoran data di 2021, diantaranya kesalahan konfigurasi software, penipuan melalui rekayasa sosial (social engineering), password atau kata sandi yang digunakan berulang, pencurian barang yang mengandung data sensitif, kerentanan perangkat lunak, dan penggunaan kata sandi bawaan (default password).
Berdasarkan data Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sepanjang Januari hingga September 2020 terdapat 2259 laporan kasus terkait kejahatan siber.
Penipuan online dengan total 649 laporan berada di urutan kedua, dan menjadi salah satu yang paling banyak dilaporkan. Kejahatan siber seperti penipuan online ini dapat terjadi karena kebocoran data pribadi yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan berbagi data pribadinya.
Salah satu fenomena takut ketinggalan tren di kalangan remaja ataupun orang dewasa di Indonesia juga ikut berkontribusi dalam tersebarnya data pribadi tanpa disadari.
Dampak Kebocoran Data
Kebocoran data memiliki berbagai dampak negatif yang signifikan. Berikut beberapa dampak utama dari kebocoran data atau data leakage:
Menghambat Jalannya Bisnis
Kebocoran data yang melibatkan informasi bisnis penting dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada reputasi perusahaan, mengurangi pangsa pasar, merusak rencana strategis masa depan, dan mengganggu berbagai aspek operasi bisnis. Reputasi yang rusak bisa mengakibatkan hilangnya kepercayaan pelanggan dan mitra bisnis.
Penyebab Terjadinya Kebocoran Data
Kebocoran data sangat erat hubungannya dengan pembobolan data. Ketika data tanpa sengaja terkespos ke internet ataupun situs yang tidak aman, seorang peretas dapat mengakses informasi pribadi Anda untuk melakukan pembobolan data (data breach). Berikut merupakan beberapa penyebab terjadinya kebocoran data:
Malware (Malicious Software)
Malware adalah program yang dirancang untuk merusak dengan menyusup ke sistem komputer, salah satu jenis dari malware adalah spyware.
Menurut Kaspersky, spyware merupakan software yang didesain untuk masuk ke dalam perangkat komputer, mengumpulkan data tentang Anda, dan mengirimnya kepada pihak ketiga tanpa persetujuan Anda.
Spyware sangat ahli dalam bersembunyi, spyware bahkan dapat melekatkan dirinya ke sistem operasi Anda tanpa sepengetahuan atau persetujuan Anda. Jenis malware ini dapat menyebabkan terjadinya kebocoran data tanpa Anda sadari.
Salah satu contoh kasus malware yang sempat geger beberapa waktu lalu dikenal dengan sebutan Pegasus. Pegasus merupakan spyware yang dibuat oleh perusahaan teknologi asal Israel, NSO Group. Dilansir dari Forbes, diperkirakan 50.000 perangkat telah terinfeksi malware ini.
Apa itu Kebocoran Data?
Data leak atau kebocoran data adalah fenomena ketika data sensitif seperti data pribadi atau perusahaan terekspos di internet. Contohnya, tren sticker add yours Instagram yang viral beberapa waktu lalu. Kebocoran data juga dapat terjadi karena hilangnya perangkat seperti hard disk atau laptop.
Kebocoran data (data leak) berbeda dengan pembobolan data (data breach). Dikutip dari situs Norton, pembobolan data (data breach) merupakan insiden keamanan di mana data dan informasi pengguna diakses tanpa izin/otorisasi. Pembobolan data dapat merugikan bisnis maupun konsumen dalam berbagai hal.
Baca Juga: Cara Cek Kebocoran Data Pribadi di Internet dan Cara Lapornya
Bagaimana Cara Mencegah Kebocoran Data?
Pencegahan kebocoran data ini harus melibatkan semua orang dari pengguna sampai staff IT, dan semua orang yang berkaitan di dalamnya.
Semua orang yang berinteraksi ke dalam sistem memiliki potensi kerentanan yang sama dalam pencurian data pribadi. Berikut merupakan beberapa cara untuk menjaga keamanan data dan mencegah pelanggaran data dengan baik:
Kebocoran data (data leak) menjadi gerbang utama bagi peretas untuk melakukan pembobolan data (data breach) dan mencuri informasi sensitif dari korbannya. Adanya regulasi yang jelas terkait perlindungan data pribadi di Indonesia juga merupakan salah satu bentuk pencegahan terjadinya kebocoran data di kemudian hari.
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan atau Menkopolhukam Hadi Tjahjanto mengungkapkan, sebanyak 80 persen pemain judi online di Indonesia berasal dari masyarakat tingkat menengah ke bawah.
"Sesuai data bahwa pemain judi online itu masyarakat tingkat menengah ke bawah," kata Hadi, Jumat, 14 Juni 2024, seperti dikutip dari Tempo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menkopolhukam mengatakan, mayoritas masyarakat kelas menengah ke bawah itu melakukan deposit untuk bermain judi online dengan nilai Rp 100 sampai 200 ribu. Ia turut prihatin atas banyaknya korban yang terjerat judi online itu.
"Kami mohon doanya untuk bisa memberantas judi online ini sampai ke akar-akarnya," kata dia.
Hadi juga mengatakan, bahwa pihaknya telah memblokir setidaknya 5 ribu rekening berkaitan dengan judi online. Namun, upaya itu tidak membuat judi online hilang.
Kesalahan Manusia (Human Error)
Kurangnya kesadaran diri terhadap penyebaran data sensitif seperti memasukkan data pribadi berupa nomor telfon di situs atau aplikasi yang tidak aman. Kelalaian dan kurang telitinya pegawai dalam mengirim email maupun menjaga aset kantor seperti hard drive dan laptop kantor juga dapat menjadi salah satu faktor terjadinya kebocoran data.
Jika perangkat kantor seperti hard drive dan laptop jatuh ke tangan orang yang salah, hal ini dapat meningkatkan terjadinya pembobolan data atau pencurian identitas yang mengarah ke data breaches.
Baca juga: Waspada, Hindari Membagikan Data Pribadi Anda ke Situs Ilegal!
Penjualan Data Ilegal
Data yang dicuri sering kali dijual di pasar gelap, yang beroperasi di dark web. Pembeli data ini biasanya menggunakannya untuk melakukan penipuan identitas, mengirimkan spam, melakukan phishing, dan berbagai aktivitas ilegal lainnya.
Pihak yang mencuri data mungkin akan mengancam Anda atau perusahaan Anda untuk membayar sejumlah uang agar data penting tidak disebarluaskan atau diungkapkan kepada publik.